hati hati burung lovebird bisa jadi kanibal
hati hati burung lovebird bisa jadi kanibal
Tingkah laku burung terkadang mengejutkan dan menimbulkan tanda tanya
besar dalam benak kita. Sering kita bertambah bingung karena tidak tahu
apa penyebabnya dan apa yang harus dilakukan untuk mencegahnya. Salah
satu perilaku burung yang seringkali membuat kita, para pencinta burung,
resah dan khawatir adalah perilaku kanibal. Mencabut bulu mereka
sendiri hingga habis, membunuh anakan sendiri dan perilaku lain yang
bersifat agresif terhadap burung yang lain.
Jawaban ilmiah yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian para ahli
melalui riset atau kajian teknis terhadap pertanyaan, “Mengapa
kanibalisme dapat terjadi dalam dunia burung?” adalah adanya PROSES
BIOLOGIS DALAM TUBUH BURUNG MEMPENGARUHI PERILAKU BURUNG.
Ketika burung berkicau telah sempurna dengan bulu dewasa maka secara
bertahap mereka mulai memproduksi hormon testosteron dalam jumlah yang
lebih banyak. Hormon dalam tubuh burung ini akan menghasilkan perilaku
frekuensi kicauan burung jantan, agresivitas terhadap burung jantan yang
lain dan memulai ketertarikan terhadap burung betina. Hormon tersebut
membuat burung menjadi lebih berlibido tinggi dan memiliki naluri untuk
mendominasi.
Proses selanjutnya adalah setelah sang jantan berhasil menguasai atau
memiliki daerah kekuasaan dan mendapatkan pasangannya, maka bersama
pasangannya sepasang burung tersebut akan segera memulai babak baru
dalam fase baru dalam kehidupan mereka, yaitu pembuatan sarang hingga
akhirnya berdua merawat anak-anaknya.
Pada fase telur menetas dan perawatan anakan secara alami kondisi
tingkat hormon testoteron pada burung rendah atau turun. Hormon yang
mendominasi adalah hormon yang mendukung naluri mengurus anakan mereka
(hormone prolactin). Jadi itulah yang sebenarnya terjadi. Ketika
sepasang burung mulai mencari tempat yang pas guna meletakkan sarang,
membuat sarang dan mengerami telur, tingkat hormon testoteron secara
berangsur menurun dan digantikan dengan hormon prolactin. Hormon
prolactin inilah yang akan mempengaruhi tingkah laku burung menjadi
pengasuh bagi anak-anaknya.
Prolactin akan tetap menjadi hormon yang mendominasi dalam tubuh burung
betina dan jantan pada masa mengeram hingga telur menetas. Dengan
ketersediaan hormon prolactin dalam diri mereka, maka pasangan tersebut
akan merawat dan menyuap anak-anak mereka dengan baik. Permasalahan
muncul manakala tingkat prolactin turun namun hormon testoteron
meningkat (naik) ketika sang betina mengeram atau telur mulai menetas.
Meningkatnya hormon testoteron membuat pasangan tersebut memiliki libido
tinggi dan bernaluri untuk memproduksi lagi telur-telur baru. Hormon
testoteron inilah yang membuat mereka tidak mengenali lagi telur-telur
yang mereka erami atau anakan-anakan mereka sendiri yang baru saja
menetas. Konsekuensi dari peningkatan hormon testoteron inilah yang
membuat mereka merusak telur dan membunuh anak-anaknya sendiri (naluri
mereka tidak mengenali telur dan anak-anak tersebut adalah
keturunannya).
Sangat dipercayai bahwa meskipun burung-burung tersebut berada di dalam
kandang penangkaran yang ideal dengan perawatan yang cukup, namun
meningkatnya hormone testoteron di dalam tubuh burunglah yang menjadi
penyebab utama mereka menjadi kanibal. Asumsi tersebut diperkuat dengan
fakta bahwa dalam selang waktu beberapa hari setelah mereka memecah,
menyingkirkan telur dari sarang atau membuang anakan-anakan mereka, maka
sang betina segera mengerami telur barunya.
Penyebab lain atau faktor external yang dapat membuat pasangan burung
menjadi kanibal adalah kurangnya asupan makanan tertentu yang mereka
butuhkan untuk menyuap anak-anak mereka, gangguan yang sering dilakukan
oleh manusia, hewan-hewan penganggu (tikus, kucing, bahkan kutu).
No comments:
Post a Comment