Saturday 1 March 2014

Hajat Leuweung, Kisah Pindahnya Pemimpin di Banyumas ke Padaherang

Hajat Leuweung, Kisah Pindahnya Pemimpin di Banyumas ke Padaherang

M. ILHAM PRATAMA/"PRLM"M. ILHAM PRATAMA/"PRLM"

PENJABAT Bupati Kabupaten Pangandaran Endjang Naffandy (kedua kiri), didampingi istrinya, Neneng Heny (ketiga kiri), sedang melihat benda pusaka pada acara Hajat Leweung di Dusun Balater, Desa Panyutran, Kecamatan Padaherang, Selasa (25/2/2014). Acara tersebut merupakan syukuran situs keramat Sukalemba. Pada situs tersebut terdapat makam dan bale paseban.*
PRLM - Kabupaten Pangandaran tidak hanya kaya akan lokasi yang indah dan menjadi destinasi pariwisata. Baik laut, maupun pegunungan.
Pangandaran yang kini menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB) pun tidak hanya memiliki kuliner bervariasi yang menjadi buruan wisatawan.
Namun demikian, daerah yang baru saja memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis pun memiliki segudang budaya khas daerah.
Bertempat di Dusun Balater, Desa Panyutran, Kecamatan Padaherang, Selasa (25/2/2014) dilaksanakan hajat leuweung yang untuk pertama kalinya.
Acara tersebut merupakan syukuran situs keramat Sukalemba. Pada situs tersebut terdapat makam dan paseban.
Dikatakan Kepala Desa Panyutran, Dasto, yang juga selaku juru kunci situs tersebut menceritakan bahwa tempat itu merupakan situs keramat.
Dasto mengatakan, di dalam makam tersebut terdapat tiga makam. Juga bale pertemuan.
"Ini adalah makam Dalem Bendung Nagara yang tercatat 1360 masehi, lalu Dalem Eyang Mangkunegara 1438 masehi, dan Nden Ayu Angsangrawa,” ucapnya.
Dasto mengatakan, dahulunya Eyang adalah pemimpin pemerintahan di Kedung Randu, Banyumas, Jawa Tengah. Yang kemudian hijrah ke Padaherang.
Alasan hijrah itu karena di Kedung Randu terjadi peperangan, dan raja-raja ketika itu memperebutkan Nden Ayu.
“Dengan demikian, mereka bertiga hijrah dan menetap di Padaherang,” ucapnya.
Lebih lanjut Dasto mengatakan, selain makam terdapat pula Bale Paseban. Tempat tersebut merupakan adalah untuk pertemuan Eyang.
Di dalam bale itu pun terdapat sejumlah pusaka. Seperti pedang, gobang, dan benda-benda pusaka lainnya.
Masih dikatakan dia, sering kali ada warga yang datang berziarah. Mereka tidak hanya berasal dari sekitar Kabupaten Pangandaran. Dari luar daerah pun ada.
Sementara itu, Penjabat Bupati Kabupaten Pangandaran Endjang Naffandy mengatakan bahwa pagelaran tersebut merupakan yang pertama kali. Melihat animo dan antusias warga, maka dapat dijadikan agenda rutin setiap tahunnya.
“Ini bisa menjadi daya tarik wisata ziarah, dan wisata seni budaya. Sebab, di sini terdapat sejumlah kesenian khas seperti ronggeng gunung,” ucapnya.

No comments:

Post a Comment