Wednesday 16 July 2014

Cilacap, Menlu Minta WNI Tidak Ikut Perang di Timur Tengah

Menlu Minta WNI Tidak Ikut Perang di Timur Tengah

"Lebih baik jika kita tak pergi ke tempat yang sedang berkonflik."


Serangan udara Israel ke wilayah Gaza, Palestina
Serangan udara Israel ke wilayah Gaza, Palestina
(REUTERS/Ahmed Zakot )

Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, mengingatkan warga Indonesia agar tidak ikut bergabung dengan kelompok militan yang berperang di kawasan Timur Tengah. Menurut dia, masih ada cara lain yang bisa ditempuh untuk menyatakan kepedulian kepada umat muslim di sana, ketimbang berperang.

Pernyataan Marty itu dilontarkan di Gedung Pancasila, Kemenlu RI, Jakarta, pada Rabu, 15 Juli 2014. Ia justru mempertanyakan kembali, apakah berperang di negara orang lain, justru dapat menjadi solusi dari konflik yang kini tengah berkecamuk di sana.

"Pada saat ada situasi konflik dan kami justru tengah berupaya menarik WNI ke tempat yang lebih aman, bukankah lebih baik jika kita tak pergi ke tempat yang sedang berkonflik. Saya rasa, masyarakat umum bisa menilai sendiri hal ini," ujar Marty.

Namun, Marty tidak banyak bicara dan hanya tersenyum ketika ditanya media apakah akan mencabut status kewarganegaraan WNI yang terbukti tengah berperang bersama kelompok militan seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Negara Islam Irak dan Levant (ISIL).

"Saya belum terpikir sampai ke sana," kata Marty.

Sebelumnya menurut data Kemenlu saat ini ada puluhan WNI yang ikut berperang di kawasan konflik di Timur Tengah. Puluhan WNI yang tengah berada di Timur Tengah ini, dikhawatirkan akan membawa potensi teror saat kembali ke tanah air.

Kekhawatiran serupa juga diungkap Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyad Mbai kepada kantor berita BBC.

"Kita punya pengalaman dengan militan yang ke Afghanistan dulu karena gerakan ISIS itu sama saja dengan al-Qaeda dan di sana mereka mengikuti pelatihan dan mungkin juga terlibat aksi-aksi perlawanan bersenjata, kembalinya di kita ya itu cukup mengkhawatirkan," ujar Ansyad.

Menurut Ansyad, umumnya, mereka yang menyatakan setia kepada ISIS berasal dari anggota kelompok yang merupakan pecahan dari Jamaah Islamiyah, Jamaah Anshorut Tauhid atau Negara Islam Indonesia.

Bahkan, terpidana kasus terorisme, Abu Bakar Ba'asyir turut mendukung gerakan pembentukan kekhalifahan Islam oleh ISIS. Pernyataan dukungan Ba'asyir, yang disebut-sebut sebagai pemimpin spiritual jaringan ekstremis disampaikan di penjara Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

"Ba'asyir juga meminta kepada para pengikutnya untuk mendukung ISIS," kata ketua Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Mochammad Achwan.

sumber : viva.co.id

No comments:

Post a Comment